Selamat Jalan Prajurit Dayak – Penerjun Payung Pertama Indonesia - Pelaku Sejarah Indonesia (Salah Satu Sesepuh Kopaskhas TNI-AU)

 

Dialah Imanuel Nuhan (93), anggota Pasukan Terjun Payung dari Tewah Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Salah satu saksi hidup sekaligus pelaku sejarah di Indonesia. Ketika Video Tulisan ini di uppload ke Youtube :

Juga secara lebih jelas teman-teman bisa juga nonton link :https://www.youtube.com/watch?v=uNATrjip1ZE

Baik kita lanjut kisah kita :

Mungkin tak banyak lagi yang mengenal sosoknya, tetapi siapa yang mengira bahwa ia adalah salah satu dari 13 orang penerjun payung pertama di Tanah Air. Imanuel bersama 12 rekannya tercatat sebagai Penerjun Pertama Indonesia, yang sukses melakukan aksinya pada tanggal 17 Oktober 1947 silam, di Desa Sambi, Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.



Dalam "Tjilik Riwut Berkisah Aksi Kalimantan pada Tugas Operasional Militer Pertama Pasukan Payung Angkatan Udara Republik Indonesia" yang ditulis Nila Riwut, inisiatif penerjunan pertama disebutkan datang dari Gubernur pertama Kalimantan, Gusti Mohammad Noor. Usul tersebut disampaikan di Yogyakarta, ibukota RI saat itu, pada Kepala Staf AU Soerjadarma lantaran wilayah Kalimantan telah diblokade NICA sehingga sulit bagi pejuang di Jawa untuk berhubungan dengan pejuang Indonesia di Kalimantan. Lalu ditunjuklah Tjilik Riwut sebagai Komandan Pasukan Penerjun yang bersandi MN1001 itu. Tjilik merupakan pejuang asal Kasongan Kab Katingan, Kalimantan Tengah dan 13 penerjun dalam pasukan itu juga sebagian besar berasal dari Kalimantan dan sebagian lagi dari Pulau Jawa. Mereka adalah Kapten Hari Hadisoemantri (asal Semarang), Letda Iskandar (Sampit), Serma Kosasih (Barito), Kapten FM Soejoto (Ponorogo), Bachri (Barabai), J Bitak (Kalapeh Baru/Tangohan Puruk Cahu), C. Willem (Kuala Kapuas), Imanuel Nuhan (Tewah-Kahayan Hulu), Mika Amirudin (Kahayan Hulu), Ali Akbar (Balikpapan), Letda M Dachlan (Sampit), JH Darius (Kasongan), dan Marawi (Rantau Pulut). Kolonel Pas Ari Ismanto, Komandan Wing 2 Paskhas TNI AU yang menjadi Ketua Rombongan Penerjunan dalam rangka HUT ke-70 Paskhas, menyatakan, penerjunan pada tahun 1947 itu bukan hanya sejarah Paskhas. "Palagan Sambi bukan hanya milik Paskhas. Penerjunan di Sambi adalah Simbol Perjuangan Kalimantan dalam mempertahankan Kemerdekaan," ucapnya. Imanuel saat ini menjadi satu-satunya dari 13 orang tersebut yang masih hidup, sementara 12 rekannya yang lain telah meninggal. Waktu itu para prajurit terjun dari pesawat C-47 Dakota RI-002 yang dipiloti oleh Bob Freeberg berkebangsaan Amerika, dan kopilot Opsir Udara III Suhodo, Serg Jump Master Opsir Muda Udara III Amir Hamzah. Peristiwa heroik tersebut merupakan operasi penerjunan pertama sekaligus operasi lintas udara pertama yang dilakukan oleh TNI serta menandai lahirnya Satuan Tempur Darat Matra Udara yang dimiliki TNI AU saat ini. Imanuel kini menghabiskan masa tuanya di Kota Palangkaraya bersama anak-anaknya. Imanuel memiliki 11 anak dari dua istri. Istri pertama yang telah meninggal dikaruniai 8 orang anak, sementara istri kedua memiliki tiga anak. Di masa tuanya itu, Imanuel terkadang meminta kepada anak-anaknya agar dibawa ke Desa Sambi, tempatnya mendarat dulu. Ia ingin menemui warga desa. "Beliau selalu ingin ke Sambi, tapi kami anak-anaknya tak mengizinkan karena kondisinya yang sudah tidak memungkinkan. Bapak ingin agar masyarakat Kalteng tahu bahwa pejuang yang pernah mendarat di Sambi masih hidup," tutur Hernison. Imanuel juga selalu berharap agar pemerintah bisa lebih memperhatikan sejarah yang melekat di kota Sambi. "Pemerintah harus melestarikan dan mengembangkan Desa Sambi, karena jika desa berkembang, sejarah juga akan terus dikenang," tutur dia.

 

Penerjunan 13 pasukan tersebut kemudian dikukuhkan 20 tahun kemudian, dengan keputusan Men/Pangau Nomor 54 Tahun 1967 tanggal 12 Oktober 1967 bahwa tanggal 17 Oktober 1947 sebagai Hari Jadi Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) yang sekarang dikenal dengan nama Korps Pasukan Khas Angkatan Udara (Korpaskhasau). "Bagi warga Sambi, Imanuel adalah sosok pahlawan, sosok pejuang dan seorang prajurit dayak. Ia menjadi pelecut semangat, simbol perjuangan dan keberanian seorang prajurit. Itu yang menjadi motivasi para warga Desa Sambi," kata Kepala Desa Sambi, Dusul Susanto. "Kehadiran Imanuel sebagai pelaku sejarah dalam napak tilas ini merupakan suplemen dan motivator bagi generasi muda prajurit Paskhas untuk lebih memaknai perjuangan para pendiri dan pejuang kemerdekaan dalam mempertahankan eksistensi NKRI," kata Komandan Wing II Paskhas, Kolonel Pas Ari Ismanto. "Selain itu, kehadirannya juga sebagai cambuk bagi prajurit untuk menjadi prajurit profesional yang dicintai rakyat dalam pengabdiannya kepada bangsa dan negara," sambung dia. 
Namun sekarang Serma (Purn) Imanuel Nuhan telah berpulang ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, orang terakhir dari Penerjun Payung Pertama Indonesia, Prajurit Dayak, Pahlawan Nasional. Sesepuh Korps TNI AU, Sesepuh Korps Pasukan Khas TNI-Angkatan Udara telah pergi untuk selama-lamanya pada usia 96 dan dimakamkan melalui upacara militer di Taman Makam Pahlawan, Sanaman Lampang, Palangka Raya, Sabtu (12/10).

Selamat Jalan Kakek.....

Lihat link Ferdy Hrt, Detik-Detik Pemakaman Penerjun Payung pertama Indonesia (Imanuel Nuhan) . https://www.youtube.com/watch?v=iPcIaVWkhvc.
Sumber : https://regional.kompas.com/read/2016....
Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=JA0X3...
Sumber : Tribun Timur Published on Aug 24, 2016
Sumber : Tjilik Riwut Berkisah Aksi Kalimantan, yang ditulis Nila Riwut.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekilas tentang Seni Beladiri Pencak Silat Dayak Ngaju-Oot Danum di Pulau Borneo-Kalimantan

Dokumentasi Suku Dayak Ngaju dan Ot Danum Abad 18-19 M

Tumbuhan Obat Suku Dayak Borneo Kalimantan