Sekilas tentang Seni Beladiri Pencak Silat Dayak Ngaju-Oot Danum di Pulau Borneo-Kalimantan

Mungkin banyak orang yang tidak mengetahui apakah ada Pencak Silat Dayak...? padahal ada beberapa cabang ilmu beladiri didalam keseharian budaya dayak, diantaranya adalah Bangkui, Sanganan, Pancar 12/Sending, Kinyah, Kuntau/Kuntao, Tuya, Cabang, Sabilullah, Batawi Liar dan masih banyak yang lainnya, yang tidak bisa disebutkan satu persatu dalam artikel ini.

Sejak kapan beladiri tersebut muncul ? Mungkin bukan hanya masyarakat Indonesia yang umumnya tidak mengetahui hal tersebut, dizaman sekarang pun sebagian orang Borneo-Kalimantan sendiri, terkhusus generasi Dayak Modern banyak yang tidak mengetahui apa-apa saja, jenis seni beladiri dayak tersebut atau juga sekedar  tahu namun tidak ingin mempelajari dan mengetahui lebih mendalam.  Dalam kesempatan ini, disini saya akan memperkenalkan sekilas apa itu Pencak Silat Dayak dan jenis-jenisnya.

Suku Dayak Borneo-Kalimantan mempunyai seni beladiri pencak silat ada yang diadobsi dari pengaruh budaya luar dan ada yang murni dari warisan leluhur suku dayak sendri. Disini menurut pengamatan penulis, seni beladiri yang termasuk kategori murni warisan leluhur adalah sebagai berikut : Pencak Silat Bangkui atau Sanganan, Kinyah dan Pancar/Sending, sedangkan adobsi dari pengaruh sebagian budaya luar dan digabungkan lagi dengan beladiri dayak adalah Pencak Silat Kuntau/Kuntao, Batawi Liar, Tuya, Cabang dan Sabilullah.

Pada zaman dahulu, umumnya untuk setiap pemuda-pemudi Suku Dayak wajib menguasai ilmu beladiri, sebagai bekal untuk merantau, pertahanan diri jika diserang, pergi berperang atau mengayau. Beladiri tersebut diwariskan secara turun temurun, baik yang diwariskan secara garis keluarga ataupun belajar dari guru beladiri. Tetapi dizaman sekarang banyak dari generasi muda Dayak yang meninggalkan tradisi beladiri ini karena pengaruh budaya modern, dan hanya sebagian kecil yang masih mempertahankan tradisi ini, sebagai bekal untuk perlindungan diri.

Tapi dari kesemua beladiri pencak silat dayak ini rata2 mempunyai ciri khas tertentu yang sangat berbeda dari cabang silat dari pulau lainnya di Indonesia maupun luar negeri. Ciri-ciri dari seni beladiri pencak silat khas dayak adalah sebagai berikut :


 Semuanya dibagi menjadi 3 Bagian Besar yaitu LANGKAH/BUNGA/  KEMBANGAN, JURUS/ PUKULAN/KUNCIAN dan ILMU. Langkah umumnya dipakai pada acara-acara perkawinan, penyambutan tamu agung ataupun perayaan hari besar. Sedangkan Jurus, hampir tidak pernah digunakan kecuali pada latihan antara guru dan murid dan dalam pertarungan bebas karena sangat mematikan (Satu Pukulan Musuh akan Dibalas dengan 3 sampai 5 Pukulan dalam satu kali jurus).
-  Semua Beladiri Dayak tersebut rata2 sangat dirahasiakan, tidak mudah orang luar mempelajari jurus-jurus dari pencak silat tersebut kecuali sudah dipercaya orang sendiri baru bisa diajarkan, itupun dibagi dalam tahapan percobaan, untuk menjaga jangan sampai digunakan salah (salah jalan), jika sudah dianggap mampu dan berbakat, baru kemudian diajarkan penuh, yang meliputi ketiga bagian tersebut.

 
- Semua Beladiri Dayak tersebut mempunyai semacam pegangan berupa sejenis minyak yang dioleskan sebelum belajar maupun tarung, dalam Bhs. Dayak Minyak Main/Garak. Kegunaannya adalah untuk kelincahan, kekebalan pukulan dan kebal besi. Ramuan minyak ini sangat dirahasiakan karena diolah dan diramu dari alam Borneo-Kalimantan, Ditapa dalam proses yang sangat lama, sehingga sangat sulit diberikan kepada orang lain, kecuali pada para murid kalangan sendiri. Ada beberapa cabang pencak silat lainnya ada juga yang pegangannya seperti baju basurat atau semacamnya, kegunaannya hampir sama dengan minyak main/garak diatas.
 
- Semua Beladiri Pencak Silat Dayak yang 2 bagian terakhir digunakan apabila ada pertarungan, dan bukan atraksi, karena pada prinsipnya orang dayak rata2 tidak suka dengan tindakan pamer atau kesombongan.

- Semua Beladiri Pencak Silat Dayak, Jika memainkan Bagian LANGKAH/BUNGA/ KEMBANGAN, selalu diiringi dengan musik tetabuhan yang terdiri dari Gendang dan Gong.


-  Semua Beladiri Pencak Silat Dayak, Jika proses uji coba terakhir Lulus atau Tidak (Prosesi Batamat), Di-Uji dengan segala jenis senjata seperti Belati/Duhung, Mandau/Parang, Toya/Tongkat, Sumpit/Sipet, Tombak/ Lembing, bahkan ada yang lebih ekstrim lagi dengan uji senjata api.

Berikut sekilas penjelasan dan dokumen abad 18 mengenai cabang seni beladiri (olah tubuh) suku-suku dayak :

Pencak Silat Bangkui atau Salewa atau Sanganan.

"Dajaks in Tewah at play."
Title: "Dajaks in Tewah at play."
Alternate title: [translation] Dajaks in Tewah at play.
[original caption] Dajak i. Tewah b. Spiel.
Ref. number: B-30.62.032
Creator: Haffner, Hugo (Mr)
Date: Date late: 31.12.1938
Proper date: 01.01.1931-31.12.1938
Description: [Stamps]: "Museum der Basler Mission Basel, Missionsstrasse 21."
Subject: [Individuals]: H: Haffner, Hugo (Mr)
[Photographers / Photo Studios]: H: Haffner, Hugo (Mr)
[Geography]: Asia {continent}: Indonesia {modern state}: Kalimantan {region}
[Geography]: Dajak {people}
[Geography]: Asia {continent}: Indonesia {modern state}: Kalimantan {region}: Tewah {place}
[Themes]: communication: audience
[Themes]: recreation - enjoyment and indulgence: festivities: dancer m
[Themes]: music - art and literature: music and percussion: percussion, instrument: drum.



Untuk Bangkui/Sanganan sendiri merupakan seni beladiri yang gerakannya di-inspirasi dari gerakan hewan bangkui yaitu sejenis monyet yang hidup dibelantara Borneo-Kalimantan. Bangkui digunakan sebagai jurus pamungkas untuk mematikan dan mengunci gerakan lawan, karena gerakan bangkui sendiri banyak mempunyai gerakan melumpuhkan lawan dengan hanya satu kali serangan, untuk itu Bangkui/Sanganan sangat berbahaya jika digunakan secara sembarangan. Seni beladiri Bangkui/Sanganan menggunakkan tangan kosong dan mengandalkan kelincahan gerakan pemainnya, Bangkui/Sanganan lebih cenderung menyerang musuh dari bagian bawah dan langsung menyerang titik pertahanan tubuh lawan, dengan kuncian mematikan dan sekali pukul.

Pencak Silat Kinyah.
"A war dance in Tumbang Sian on the Miri."
Title: "A war dance in Tumbang Sian on the Miri."
Alternate title: [translation] A war dance in Tumbang Sian on the Miri.[original caption] Kriegstanz i. Tumbang Sian am Miri.
Ref. number: B-30.62.021
Description: [Stamps]: "Museum der Basler Mission Basel, Missionsstrasse 21."
Subject: [Geography]: Asia {continent}: Indonesia {modern state}: Kalimantan {region}
[Geography]: Asia {continent}: Indonesia {modern state}: Kalimantan
{region}: Tumbang Sian {place}
[Themes]: communication: audience
[Themes]: recreation - enjoyment and indulgence: festivities: ceremony: ceremonial scene
[Themes]: recreation - enjoyment and indulgence: festivities: dancer m
[Themes]: anthropology of the body: adornment: feather
[Themes]: anthropology of the body: headdress: headgear
[Themes]: anthropology of the body: clothing: loincloth





"Dajaks on the upper Kahajan doing a sword dance."
Title: "Dajaks on the upper Kahajan doing a sword dance."
Alternate title: [translation] Dajaks on the upper Kahajan doing a sword dance.
[original caption] Dajak am oberen Kahajan b. Schwertertanz.
Ref. number: B-30.62.033
Creator: Haffner, Hugo (Mr)
Date: Date late: 31.12.1938
Proper date: 01.01.1931-31.12.1938
Acquisition year: 1938
Description: [Stamps]: "Museum der Basler Mission Basel, Missionsstrasse 21."
Subject: [Individuals]: H: Haffner, Hugo (Mr)
[Photographers / Photo Studios]: H: Haffner, Hugo (Mr)
[Geography]: Asia {continent}: Indonesia {modern state}: Kalimantan {region}
[Geography]: Dajak {people}
[Geography]: Asia {continent}: Indonesia {modern state}: Kalimantan {region}: Kahajan (river) {other geogr names}.


Kinyah adalah merupakan seni beladiri yang gerakannya lebih kepada seni tarian, ciri khasnya gerakan yang lemah lembut, cepat, tepat, yang dikombinasikan dengan gerakan pencak silat tergantung keahlian pemain tersebut, senjata yang dipakai adalah mandau dan perisai/telawang. Biasanya ditampilkan dalam acara-acara adat ataupun penyambutan tamu agung. Kadang walaupun sangat jarang ada juga sesekali diiringi atraksi kekebalan, ketepatan dan kelincahan gerakan mandau, seperti memutar mandau seperti kitiran angin atau mandau dilempar ke atas kemudian jatuh langsung masuk sendiri tepat dalam sarungnya, dan gerakan lain yang memukau penonton sekitar.

Pencak Silat Pancar/Sending.
Untuk cabang seni beladiri pencak silat Pancar ini, ciri khasnya menggunakan langkah penjuru mata angin, misalnya ada yang disebut Pancar 8, ada juga Pancar 12, dan lebih tepat digunakan dalam pertahanan dari keroyokan orang banyak, walaupun sebenarnya bisa juga untuk duel satu lawan satu.

Pencak Silat Kuntau/Kuntao.
Sejarah Kuntau menurut lisan para generasi tua (tetek tatum) juga merupakan salah satu beladiri pencak silat warisan nenek moyang orang Dayak. Gerakannya banyak mirip dengan beladiri dari Dataran China karena konon asal muasal Suku Dayak utamanya didaerah Barat Pulau Borneo-Kalimantan sekarang sangat mungkin berasal dari daerah dataran China, lebih tepatnya Yunan. Tetapi belum ada bukti otentik mengenai pendapat tersebut, terutama dikaji secara uji genetik. Karena bisa saja kebalikannnya orang cina/yunan itu berasal dari bumi borneo-kalimantan, hehehe.... penelitian yang mendalam dimasa-masa mendatang sangat perlu dilakukan untuk mengetahui fakta sebenarnya.

Pencak Silat Kuntau sendiri terdiri dari berbagai macam bentuk jurus dan langkah gerakan yang berbeda-beda, tergantung wilayah dan tempat dimana kita belajar Kuntau tersebut. Akan tetapi Kuntau mempunyai ciri khas persamaan gerakan, sehingga mudah dikenali, yaitu kekuatan, kecepatan dan kelincahan. Proses belajar kuntau pun pada umumnya relatif lama, sulit dan harus mempunyai ketahanan fisik yang kuat. Proses terakhir dari belajar Kuntau ialah kita berada dalam suatu lingkaran, dan harus bisa menangkis serangan yang menggunakan Belati, Mandau ataupun Tombak.

Pencak Silat Tuya/Toya/Tongkat.
Sejarah Pencak Silat Tuya ini menurut lisan para generasi tua merupakan pencak silat warisan nenek moyang orang Dayak dari zaman dahulu kala yang banyak kemungkinannya diadobsi dari seni beladiri dataran China, persamaannya sangat banyak dengan permainan toya seperti di film-film mandarin, misalnya shaolin temple. Perbedaannya pada senjata yang dipergunakan, tuya/toya dalam pencak silat dayak lebih pendek, terdiri dari rotan yang alot dan sangat kuat, bisa menahan tebasan senjata tajam (Bhs. Dayak uwei marau), panjangnya kira-kira 1 meter saja sedangkan cina sangat panjang, bisa sampai 4 meter lebih. Dan pencak silat tuya suku dayak juga bisa menggunakan senjata tongkat dengan menggunakan alu (alat penumbuk padi) yang bahannya dari kayu keras seperti ulin, sebesar lengan orang dewasa, kira2 panjangnya 3m.

Pencak Silat Cabang.
Aliran Pencak Silat Cabang ini hampir sama dengan tuya/toya, mungkin juga diadobsi dari seni beladiri dataran China, persamaannya sangat-sangat banyak atau persis dengan permainan aktor film-film mandarin, bruce lee, atau biasa digunakan oleh aparat polisi (pentungan polisi) atau satpam sekarang.

Pencak Silat Batawi Liar.
Aliran Pencak Silat Batawi Liar ini mungkin saja asalnya dari Pulau Betawi atau Jakarta sekarang. Dalam Tetek Tatum dan Sansana Bandar ada dijelaskan bahwa leluhur suku dayak pernah merantau ke sebuah kerajaan di lautan pulau seberang yang disebut lewu luwuk dalam batawi dan lewu tanjung bereng kalingu, (masih perlu penelitian mendalam tentang ini). pada saat itu sangat mungkin saja mempelajari dan membawa pulang jenis beladiri ini, sehingga sampai sekarang diwariskan kepada generasi suku-suku dayak.

Pencak Silat Sabilullah.
Menurut Pengamatan Penulis. Aliran Pencak Silat Sabilullah ini berasal dari pesisir borneo-kalimantan, bisa jadi dan sangat mungkin berasal dari para pedagang arab atau dari suku melayu, karena pada bagian ketiga dalam bagian besar ciri beladiri dayak yaitu Ilmu, banyak menggunakan mantera/bahasa melayu arab, dan sama seperti cabang seni beladiri lainnya bahwa sampai sekarang masih ada diwariskan kepada generasi suku-suku dayak.

Demikian sekilas mengenai Seni Beladiri Pencak Silat Suku Dayak menurut pengetahuan penulis (www.kulturdayak.  blogspot.com).











Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dokumentasi Suku Dayak Ngaju dan Ot Danum Abad 18-19 M

Tumbuhan Obat Suku Dayak Borneo Kalimantan